
Oleh: Bram Pajarewo
Peringatan Hari Jadi Bima (HJB) ke-385 Tahun 2025 menjadi lebih dari sekadar agenda seremonial. Dalam suasana khidmat Doa Dana yang berlangsung di Halaman Utara Kantor Bupati Bima, Jumat (04/07/2025), kita disuguhkan bukan hanya kebesaran sejarah Dana Mbojo, tapi juga keteladanan kepemimpinan yang sederhana namun sarat makna dari sosok Bupati Bima Ady Mahyudi dan Ketua TP-PKK, Murni Suciyanti
Bersama Wakil Bupati dr. H. Irfan, Sekda Adel Linggi Ardy, dan jajaran pejabat daerah, doa-doa dinaikkan sebagai wujud rasa syukur dan harapan bagi Bima yang lebih bermartabat. Namun, di balik kekhidmatan itu, terselip satu momen yang mencuri perhatian dan layak dikenang: Ady Mahyudi dan Murni Suciyati duduk sepiring berdua, menyantap hidangan sederhana di tengah keramaian acara.
Sebuah Simbol Kesederhanaan
Sepiring berdua bukan hanya gambaran romantisme pasangan pemimpin daerah, tapi lebih jauh dari itu—ia adalah simbol yang kuat tentang kesederhanaan, keharmonisan, dan solidaritas. Ketika pemimpin memilih untuk merendah bersama rakyat, menanggalkan sekat protokoler, dan menampilkan wajah kepemimpinan yang membumi, maka di situlah kepercayaan tumbuh secara alami.
Kepemimpinan ala Ady Mahyudi dan Murni Suciyanti terasa menyentuh: bukan dari kemewahan kata-kata, tapi dari bahasa perbuatan. Dari cara mereka hadir bukan hanya sebagai pemegang jabatan, tapi juga sebagai manusia yang ingin dirasakan keberpihakannya.
Doa Dana dan Ruh Budaya
Doa Dana, sebagai tradisi sakral masyarakat Bima, bukan hanya acara simbolis menjelang HJB. Ia adalah pengikat antara pemerintah dan masyarakat, antara masa lalu dan masa depan. Ketika pemimpin hadir penuh hormat dalam acara semacam ini, maka pesan yang ditangkap rakyat bukan hanya soal seremoni, tapi pengakuan terhadap akar budaya dan identitas daerah.
Kehadiran penuh seluruh perangkat daerah menunjukkan bahwa pemerintah Kabupaten Bima memahami pentingnya menjaga kontinuitas nilai budaya lokal sebagai fondasi pembangunan. Bima yang bermartabat tidak lahir dari proyek semata, tapi dari penghargaan terhadap jati diri.
Kesederhanaan yang Menginspirasi
Hari ini, di tengah derasnya arus pencitraan digital, langkah-langkah kecil yang jujur dan otentik seperti yang ditunjukkan Ady Mahyudi dan istrinya justru memiliki gema yang lebih dalam. Kesederhanaan yang ditampilkan bukan sekadar gaya, melainkan cermin watak pemimpin yang sadar bahwa jabatan adalah amanah, bukan privilese.
Momen “sepiring berdua” itu barangkali hanya berlangsung beberapa menit. Tapi ia bisa hidup lama dalam ingatan masyarakat sebagai potret pemimpin yang tidak hanya hadir untuk dipuji, tapi untuk melayani dan memberi teladan.
Hari Jadi Bima ke-385 adalah momen refleksi. Lewat doa-doa dan momen penuh makna seperti sepiring berdua, kita diingatkan bahwa membangun daerah bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga karakter. Dan dari Ady Mahyudi dan Murni Suciyanti, kita belajar bahwa pemimpin yang besar adalah mereka yang tidak segan untuk merendah, mengabdi, dan menyatu dengan rakyatnya.
Doa Dana
Selamat Hari Jadi Bima ke-385. Semoga Bima terus bertumbuh dalam nilai, budaya, dan kepemimpinan yang membumi. #BimaBermartabat episode 1.2025